THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 19 April 2010

Dampak pengrusakan hutan.



Kegiatan penebangan, perburuan, pertanian, dan pertambangan yang dilakukan di dalam kawasan yang berhutan telah merubah keseimbangan biologi yang sangat rentan. Kadang-kadang hal ini baik untuk kesehatan manusia, tetapi dapat pula menimbulkan akibat sebaliknya. Salah satunya adalah seperti yang diuraikan dalam "Biodiversity: Its Importance to Human Health" (Keanekaragaman hayati: Pentingnya bagi kesehatan manusia) yang dirangkum oleh Eric Chivian dari Harvard Medical School. Dalam buku ini telah dijelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi.

Kegiatan manusia di dalam hutan dapat merubah suhu udara setempat, mempengaruhi kelembaban udara, mengurangi populasi predator, dan merubah struktur vegetasi pada suatu kawasan. Selain itu, kegiatan ini kadang-kadang juga dapat meningkatkan populasi nyamuk, lalat, tikus, kelelawar, serta serangga yang dapat menyebarkan berbagai penyakit. Pemukiman yang berdekatan dengan batas hutan dapat mempermudah manusia terkena penyakit yang ada di sana seperti malaria, demam kuning (yellow fever), leishmaniasis (semacam penyakit kulit), penyakit Chagas (semacam malaria di Amerika latin), dan penyakit tidur berkepanjangan di Afrika. Demikian pula apabila terlalu banyak mengkonsumsi daging satwa liar dapat mempermudah penularan penyakit dari satwa liar kepada manusia.

Kegiatan penebangan hutan telah menyebabkan malaria lebih banyak terjadi di wilayah-wilayah Asia Tenggara dan Amazon. Kegiatan penebangan juga telah menciptakan kolam-kolam baru dengan air yang tergenang, dan membuat tempat lain menjadi kurang asam. Tempat seperti ini biasanya disukai nyamuk yang menyebarkan malaria.

Asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang hebat pada tahun 1997/1998 kemungkinan menyebabkan banyak pohon tidak dapat berbunga dan berbuah. Untuk memperoleh makanannya, kelelawar pemakan buah berpindah ke pohon-pohon berbuah yang berada di peternakan babi di Malaysia. Kelelawar-kelelawar tadi membawa virus Nipah yang mematikan kepada babi-babi tersebut, yang kemudian berpindah kepada manusia. Hal ini pada akhirnya memaksa Pemerintah untuk memusnahkan sejumlah besar babi tersebut.

Pengrusakan hutan mungkin juga telah memicu wabah penyakit Lyme di bagian Timur Laut Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan banyak binatang pemakan atau binatang pesaing tikus berkaki putih menghilang, dan populasi tikus ini berkembang. Tikus-tikus ini membawa bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme untuk kemudian berpindah kepada manusia.

Tiga perempat penyakit manusia yang baru dikenal di dunia dan sekarang telah berkembang pada awalnya bersumber dari binatang. Manusia terkena penyakit tersebut setelah memakan daging binatang yang membawa bibit penyakit tersebut. Hal inilah barangkali yang menyebabkan bagaimana penyakit HIV/AIDS muncul dan di masa mendatang terdapat resiko yang tinggi akan virus-virus semacam ini yang mungkin dapat ditularkan dari binatang jenis primata kepada manusia. Mengkonsumsi daging satwa liar juga berkaitan dengan berjangkitnya penyakit antraks dan wabah penyakit lainnya.

Kebakaran hutan dan deforestasi juga telah berpengaruh terhadap pemanasan bumi (global warming). Hal ini lebih lanjut berkaitan dengan menyebarnya penyakit demam berdarah, malaria, demam kuning, dan radang otak di wilayah-wilayah yang pada waktu sebelumnya tidak pernah terkena penyakit-penyakit tersebut.

Mengganggu ekosistem hutan tidak selalu menimbulkan akibat negatif terhadap kesehatan manusia sebagaimana diuraikan dalam tulisan ini. Namun demikian, hal ini cukup sering terjadi, sehingga memerlukan perhatian kita. Alasannya karena cara manusia merusak hutan pada saat ini telah cukup membuat kita menjadi sakit.

Minggu, 18 April 2010

Kamu harus tahu manfaat hutan itu apa ??


Hutan sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia jaman dahulu mencari makan dengan cara berburu dan mengumpulkan tanaman liar di hutan. Beberapa orang masih tinggal dan hidup di dalam hutan, menjadi bagian alami dari hutan. Meskipun manusia telah membangun pemukiman pedesaan atau perkotaan tetapi masih sering memasuki hutan untuk berburu atau mencari kayu.

Sekarang ini orang lebih memperhatikan hutan dibanding sebelumnya terutama karena faktor : manfaat ekonomi, manfaat bagi lingkungan, dan manfaat hiburan.

Manfaat ekonomi
Hutan menghasilkan beberapa produk. Kayu gelondongan dapat diolah menjadi kayu, kayu lapis, bantalan kereta api, papan, kertas. Rotan dapat digunakan untuk furniture. Hutan dapat juga menghasilkan minyak dan berbagai produk lainnya, latex dapat digunakan untuk membuat karet, terpentin, berbagai jenis lemak, getah, minyak, dan lilin. Bagi masyarakat pedalaman binatang dan tanaman hutan menjadi sumber makanan pokok mereka.
Tidak seperti sumber alam lainnya misal batubara, minyak, dan tambang mineral, sumber alam yang berasal dari hutan dapat tumbuh kembali, sejauh manusia dapat memperhitungkan pengelolaannya.

Manfaat lingkungan
Hutan membantu konservasi dan memperbaiki lingkungan hidup dalam berbagai bentuk. Misalnya hutan membantu menahan air hujan, sehingga mencegah tanah longsor dan banjir, air hujan diserap menjadi air tanah yang muncul menjadi mata air bersih yang mengalir membentuk sungai, danau, dan untuk air sumur.

Tumbuhan hijau membantu memperbaiki lapisan atmosfir menghasilkan oksigen yang sangat diperlukan oleh mahkluk hidup dan mengambil karbon dioksida dari udara. Jika tumbuhan hijau tidak menghasilkan oksigen lagi, maka hampir semua kehidupan akan berhenti. Jika karbon dioksida bertambah banyak di atmosfer hal ini dapat merubah iklim di bumi secara drastis.

Hutan menjadi tempat tinggal beberapa jenis tanaman dan binatang tertentu yang tidak bisa hidup di tempat lainnya. Tanpa hutan berbagai tumbuhan dan hewan langka akan musnah.

Manfaat hiburan
Keindahan alam dan kedamaian di dalam hutan dapat menjadi hiburan yang sangat luar biasa dan langka. Mengamati burung atau hewan langka menjadi kegiatan yang sangat menarik. Beberapa hutan dapat dimanfaatkan untuk berkemah, hiking dan berburu. Banyak juga yang hanya menikmati suasana dan bersantai di keheningan yang menyertai keindahan alam.

Jenis Hutan yang ada di Indonesia


Rimbawan berusaha menggolong-golongkan hutan sesuai dengan ketampakan khas masing-masing. Tujuannya untuk memudahkan manusia dalam mengenali sifat khas hutan. Dengan mengenali betul-betul sifat sebuah hutan, kita akan memperlakukan hutan secara lebih tepat sehingga hutan dapat lestari, bahkan terus berkembang.

Ada berbagai jenis hutan. Pembedaan jenis-jenis hutan ini pun bermacam-macam pula. Misalnya:

Menurut asal

Kita mengenal hutan yang berasal dari biji, tunas, serta campuran antara biji dan tunas. Hutan yang berasal dari biji disebut juga ‘hutan tinggi’ karena pepohonan yang tumbuh dari biji cenderung menjadi lebih tinggi dan dapat mencapai umur lebih lanjut. Hutan yang berasal dari tunas disebut ‘hutan rendah’ dengan alasan sebaliknya. Hutan campuran, oleh karenanya, disebut ‘hutan sedang’.

Penggolongan lain menurut asal adalah hutan perawan (hutan primer) dan hutan sekunder. Hutan perawan merupakan hutan yang masih asli dan belum pernah dibuka oleh manusia. Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Namun jika dibiarkan tanpa gangguan untuk waktu yang panjang, kita akan sulit membedakan hutan sekunder dari hutan primer. Di bawah kondisi yang sesuai, hutan sekunder akan dapat pulih menjadi hutan primer setelah melewati ratusan tahun.

Menurut cara permudaan (tumbuh kembali)

Hutan dapat dibedakan sebagai hutan dengan permudaan alami, permudaan buatan, dan permudaan campuran. Hutan dengan permudaan alami berarti bunga pohon diserbuk dan biji pohon tersebar bukan oleh manusia, melainkan oleh angin, air, atau hewan. Hutan dengan permudaan buatan berarti manusia sengaja menyerbukkan bunga serta menyebar biji untuk menumbuhkan kembali hutan. Hutan dengan permudaan campuran berarti campuran kedua jenis sebelumnya.

Di daerah beriklim sedang, perbungaan terjadi dalam waktu singkat, sering tidak berlangsung setiap tahun, dan penyerbukannya lebih banyak melalui angin. Di daerah tropis, perbungaan terjadi hampir sepanjang tahun dan hampir setiap tahun. Sebagai pengecualian, perbungaan pohon-pohon dipterocarp (meranti) di Kalimantan dan Sumatera terjadi secara berkala. Pada tahun tertentu, hutan meranti berbunga secara berbarengan, tetapi pada tahun-tahun berikutnya meranti sama sekali tidak berbunga. Musim bunga hutan meranti merupakan kesempatan emas untuk melihat biji-biji meranti yang memiliki sepasang sayap melayang-layang terbawa angin.

c. Menurut susunan jenis

Berdasarkan susunan jenisnya, kita mengenal hutan sejenis dan hutan campuran. Hutan sejenis, atau hutan murni, memiliki pepohonan yang sebagian besar berasal dari satu jenis, walaupun ini tidak berarti hanya ada satu jenis itu. Hutan sejenis dapat tumbuh secara alami baik karena sifat iklim dan tanah yang sulit maupun karena jenis pohon tertentu lebih agresif. Misalnya, hutan tusam (pinus) di Aceh dan Kerinci terbentuk karena kebakaran hutan yang luas pernah terjadi dan hanya tusam jenis pohon yang bertahan hidup. Hutan sejenis dapat juga merupakan hutan buatan, yaitu hanya satu atau sedikit jenis pohon utama yang sengaja ditanam seperti itu oleh manusia, seperti dilakukan di lahan-lahan HTI (hutan tanaman industri).

Penggolongan lain berdasarkan pada susunan jenis adalah hutan daun jarum (konifer) dan hutan daun lebar. Hutan daun jarum (seperti hutan cemara) umumnya terdapat di daerah beriklim dingin, sedangkan hutan daun lebar (seperti hutan meranti) biasa ditemui di daerah tropis.